Aku mencintaimu, begitu juga kita dan mereka
Banyak tulisan yang maksudnya tidak baik namun dikemas dengan
kemampuan menulis yang baik, menjadikan pembaca tertegun dan merasakan
makna tulisan itu begitu baik dan sebaliknya, maksud yang baik jika
dikemas dengan kemasan yang tidak baik terkadang pembaca akan
menafsirkan dengan hal tidak baik.
Saya bukanlah penulis yang baik, karena tulisan saya tak pernah
dimuat dimanapun, tapi saya ingin mengatakan yang baik dan semoga
tulisan saya ini tidak diartikan degan tafsiran yang tidak baik.
Sahabat…
Tulisan sederhana ini hanyalah buah pikiran yang saya yakini, pikiran
ini juga terwujud dalam benak sahabat semua. Satu pikiran yang terlahir
dari tanggapan teman-teman terhadap lingkungan dimana saya pernah
belajar- mengajar, DAYAH OEMAR DIYAN.
Tahun 1997 saya memulai pendidikan di dayah tersebut, ketika itu
Oemar Diyan baru berhasil mencetak 2 generasi alumni dan artinya saya
adalah generasi ke delapan Dayah Oemar Diyan. Benar-benar usia yang
sangat belia untuk sebuah pusat pendidikan yang berbasis asrama atau
pondok. Dapat dimaklumi, tidak semua alumni merasakan bagaimana
pendidikan yang ditempuh selama 6 tahun, ada yang 3 tahun, 2 tahun
bahkan sebulan, namun bagi saya semuanya adalah sama. Mereka pernah
makan
salatoh kak yan, merasakan
kareng 5
dem,
keumamah,
krueng lamkareng, pohon sentul, ust yamin, ust jawaher dan semuanya,
tidak ada yang beda. Perbedaan yang ada adalah ketika mereka menikmati
dan mengambil hikmah dari setiap kejadian yang dinikmati.
Melihat pendidikan yang diterapkan, tidak mudah bagi senior untuk
melaksanakan tugas dan amanah dari dayah, mereka kadang harus mngurus
anak yang manja, anak yang sangat
batat, anak yang kadang tidak tahu A tapi hanya mengerti C.
Alakullihal,
terlalu indah jika untuk dikenang, namun pahit dan manisnya yang semua
kita rasakan adalah pelajaran yang sangat bernilai, mugkin tak akan
pernah dirasakan oleh mereka yang tak pernah kenal oemar diyan..
Sahabat...
Saat saya menulis ini, saya sudah memliki 7 adik kelas yang menjadi
alumni artinya sudah ada 15 generasi Oemar Diyan..umur yang sangat mapan
ntuk seseorang beralih darimasa belia ke masa remaja,umur yang smkin
memantapkan jalan hidupnya...
namun apa yang terjadi, mgkin semua kita tidak memungkiri jika Oemar
Diyan saat ini telah sedikit menurun dari segi prestasi, infrastruktur
bangunan, fasilitas yang ada dan juga lainnya..tidak tepat ntuk
mnguraikan ini semua karena saya bukan seorang yang berkecimpung
didalamnya, dan bukan mengkritik akan tetapi lebih kepada asumsi pribadi
yang saya simpulkan selama ini. Menurut saya itu tidak bukan masalah
besar, karena banyak sekolah yang infrastruktur dan prasarana yang tidak
memadai dapat menghasilkan orang-orang hebat. Semua itu kera[ menjadi
obrolan yang kita dengar. Yang menjadi masalah dan ingin saya sampaikan
adalah peran kita sebagai alumni, peran kita sebagai santri yang pernah
di oemar diyan, apa yang kita berikan dan apa yang telah kita sumbangkan
untuk sebuah rahim yang telah melahirkan kita sebagai santri. Sehari,
sebulan setahun tiga tahun dan enam tahun semua dari kita pernah mandi
di sugai, maen bola di lapagan ikut pramuka dan lainnya, dan itu semua
sama tidak ada yang berbeda.
Namun apakah kita pernah bertanya pada diri kita ! Pertanyaan nya mgkin tidak begitu sulit seperti sulitnya
maddah ulumul quran atau membuat teks
muhadharah berbahasa arab, atau akting pura-pura sakit karena lari dari tugas.
Simple APAKAH KITA MENCINTAI OEMAR DIYAN? iya...jawaban itu
hanya pribadi kita masing-masing yang mampu menjawab, lalu; apa yang
telah kita berikan ke oemar diyan?
Sahabat…
Tidak smua kita sama, itu jelas dan semua mengerti jawabannya, namun
kita dapat memberikan jawaban yang menyatukan kita, jawaban yang dapat
dijawab oleh smua santri Oemar Diyan...IYA, AKU MENCINTAI OEMAR DIYAN.
Tapi.........
sungguh menyedihkan, saya melihat ratusan alumni dari kita tidak
berani mengatakan saya mencintai Oemar Diyan, apalagi ingin
menyumbangkan pikiran atau tenaga untuk dayah Oemar Diyan, bukankah kita
mengenal
zahaba= pergi,
hammam= kamar mandi,
maujud shabun qalil la?
itu dari Oemar Diyan?!. Bukankah kita belajar mandiri, belajar agama di
dayah Oemar Diyan? jadi apa yang telah kita berikan ke Oemar
Diyan..jika mengatakan SAYA MENCINTAI OEMAR DIYAN saja tidak berani,
dimana kehormatan kita untuk mencintai rahim yang telah mendidik kita?,
dimana
ihtiram kita ntuk rahim yang telah menjaga kita? Yang
telah menggantikan orangtua kandung kita! Jika mengatakan itu saja tidak
berani, bukan kah kita pcundang...???
Ingatkah kita, hymne oh dayahku...ibuku.....kata terakhir yang harus kita ingat, bukan kah kita harus mencintai ibu kita???
Sahabat...
Mungkin tidak semua kita menjadi ustad/zah yang langsung mengajar dan
memberikan kontribusi berarti untuk Oemar Diyan, tapi bukankah kita
mngatakan
aku cinta oemar diyan adalah hal terkcil yang telah kita sumbangkan??? saya yakin jawaban hati kecil kita adalah
iya.
Sahabat,
OemarDiyan adalah ibu kita, setelah ibu kandung, tidak layak jika
kita merasakan dibutuhkan oleh seorang ibu, kita adalah anak yang lahir
dari rahim mereka, seharusnya kita yang menjemput ibu, jika ibu kita
marah atau ibu kita tersakiti. Ada sebuah isu yang saya mendengar
sendiri ( maaf ) jika MUNGKIN ini tak selamanya benar, saya pernah
mendegar jika oemar diyan telah membuat sekat degan para alumni,
sehingga para alumni segan datang atau hanya berkunjung ke dayah,
dikarenakan dayah melarang atau bahkan lebih kasarnya tidak suka degan
kedatangan alumni, tunggu..! sahabat..tolong jangan kita menganggap
jika dayah kita tidak akan menerima kita, itu salah.Tapi lihatlah apa
penyebabnya, kenapa isu itu dapat tersebar?
saya yakin tdak akan ada dayah yang melarang alumninya ntuk
silaturhim, namun jika silaturahim tersebut dengan sebuah keburukan,
maka dayah benar dan itu salah kita. isu ini sudah terjadi bebrapa tahun
silam
Namun saya melihat semkin hari rasa cinta Oemar Diyan semkin terkikis
dari rasa cinta yang kita miliki, OemarDiyan selalu dan tidak akan
pernah meminta kita untuk mencintainya namun hati kitalah yang
memintanya untuk dicintai, karena kita lahir dari rahimnya..
Sahabat..
Banyak diantara kita yang takut jika diketahui dia adalah santri
Oemar Diyan, atau bahkan banyak yang tak peduli lagi tentang Oemar
Diyan, namun itu kembali kepada masing-masing, semkin kita merasakan
hasil yang kita capai maka boleh dikatakan kita akan smkin cinta Oemar
Diyan...semoga..
Oemar Diyan..
kami ini anak mu yang insya Allah tak pernah lupa akan apa yang
pernah kami rasakan ketika kami dalam bimbinganmu, namun kami berharap
dengan rasa hormat kami kepada dayah tercinta, agar dayah tidak menjadi
labi-labi
yang tidak kurang dan tidak lebih kerjanya mengangkut penumpang dari
indrapuri hingga banda aceh, kemudian kembali lagi dan balik lagi sampai
bertahun-tahun, hingga labi-labi tersebut tak pernah diservis atau
bahkan lebih dari itu. Kami berharap dalam umur yang sudah lbih dari 20
tahun ini tidak lagi menjadi labi-labi tapi lebih dari itu dan semoga
saja..aminn...
Kami juga berharap kepada Oemar Diyan agar selalu membimbing kami dan
selalu memberikan kami kenyamanan tentu degan aturan yang telah dayah
tetapkan.
Sahabat....
Mungkin tulisan ini amburadul, karena terlalu panjang jika harus di
uraikan satu persatu, kembali lagi saya tegaskan saya adalah bukan
penulis baik hingga tulisan saya mgkin tidak baik, namun saya ingin
maksud dan makna yang baik, kita smua alumni berani mengatakan AKU
MENCINTAI OEMAR DIYAN, itu saja..dan semoga Oemar Diyan semkin jaya
dalam berbenah tentu dalam mencetak generasi selanjutnya yang lebih
mapan untuk menghadapi masa depan dan juga menjadi ibu yang selalu
menjadikan anaknya berbakti dan cinta kepadanya..
Sahabat, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada antum smua..
mengatakan cinta Oemar Diyan adalah bagian sumbangan terkecil kita
ntuk Oemar Diyan, karena Oemar Diyan akan besar degan alumni yang
mencintainya, layaknya dayah dan pesantren yang sudah memiliki nama,
mereka besar karena alumni bukan karena orang lain. sebut saja Gontor,
Darun najah,Daarut tauhid,Tanoh abee, Mudi Mesra Samalanga dan semua
lembaga lainnya..insya Allah.
Dan semoga saja semua hati kita mengatakan ; Aku mencintai Oemar Diyan…
** Dalam tulisan ini saya menganggap alumni adalah mereka yang pernah
nyantri di Oemar Diyan. Tulisan ini hanya pikiran yang terlintas namun
sulit mengungkapkannya..
Dan saya adalah alumni Oemar Diyan karena saya mencintai Oemar Diyan.
Aku mencintai Oemar Diyan..