Senin, 12 Desember 2011

Sebuah Ikatan Tak Berwujud

    Mengikat sesuatu adalah salah satu cara agar dapat menguatkan, mengencangkan, memastikan, menenagkan dari keraguan dan lain-lain karena ikatan itu sendiri memiliki makna yang kuat bagi yang mngikatnya.

Macam ragam ikatan menjadi sebuah simpul yang menarik, simpul mati, simpul kursi, simpul laso dan lain-lain, kadang ada ikatan yang sangat carut marut namun sangat mnguatkan, ada juga yang simple dan mudah dilepaskan, tergantung berapa ikatan yang diperlukan untuk mngikat sesuatu.
Namun kali ini saya tertarik degan sebuah ikatan yang telah terikat dan yang sedang saya ikat, tentu saja ini bukan ikatan tali sperti yang saya katakan di awal tadi.

Ikatan bathin antara ibu dan anaknya ini adalah ikatan terkuat menurut saya, walau saya berbicara tanpa data yang valid, namun apa yang saya rasakan dan ibu saya rasakan itu bisa ditangkap, jika ibu saya sakit selalu saja saya menelponnya, tentu saya rasa semua kita memliki ikatan itu, walau terkadang kita kurang peka degan ikatan itu, ikatan yang sudah dimulai sejak dalam rahim ibu, ikatan plasenta yang menyuplai makanan untuk kita ketika janin, namun setelah beda alam, ikatan itu pun berubah bukan berwujud malah menjadi ikatan tak berwujud, mungkin ini adalah wujud dari ikatan bathin mnurut saya. ikatan ini sangat kuat, bisa dirasakan namun terlalu abstrak untuk menggambarnya, jadi jangan heran jika antara ibu dan anak selalu saja ada kontak bathin yang tak dapat dirasakan oleh orang lain :)
Tentu ini juga berlaku pada ayah, walau mungkin ikatan tersebut tak skuat ikatan ibu pada anaknya.

    Ikatan karena hubungan darah juga ikatan kuat menurut saya, namun terkadang kekuatan ikatan itu belum sepenuhnya dapat mengikat, tergantung mereka yang mengikatnya, karena banyak kita temukan bahwa ikatan ini juga bisa lepas, jika ada yang melepasnya, ikatan ini dibentuk dari dua yang saling mengikat bukan satu yang mngikat, jika tanpa kata "saling" maka boleh jadi ikatan ini akan lepas atau bahkan hilang.

    Ada lagi ikatan yang terkadang lebih kuat mnurut saya daripada ikatan sebuah keluarga atau sodara, ikatan bathin antara suami istri, menurut saya ikatan ini adalah ikatan yang sangat tergantung bagi keduanya, kemana dan bagaimana ia mengikat, jika salah mengikat tentu akan berdampak negatif apalagi jika salah satu dari mereka melepaskan ikatan, maka ikatan ini sperti tidak ada apa-apanya, banyak ikatan dan simpul yang dibentuk oleh sepasang suami dan istri dapat melahirkan ikatan-ikatan baru yang menjadi pengokoh atau penguat dari ikatan itu sendiri, ikatan ini tentu belum bisa saya fahami sepenuhnya karena ikatan ini belum saya jalani :)

    Terakhir, saya ingin sedikit merenungi apa itu ikatan cinta dijalan allah, ikatan yang dibentuk tanpa ada rasa pamrih, tanpa rasa harap balasan, ikatan kasih sayang benar-benar karena allah, ikatan ini juga tidak berwujud, bahkan sangat sulit untuk menggambarnya, iapun memliki tingkatan pada setiap insan, tidak semuanya sama, tergantung apa yang ia bangun dan ikat pada tuhannya, saya jadi teringat sebuah kisah sahabat rasulullah Saw, ikatan antara kau muhajirin dan anshar, ikatan yang dibentuk oleh rasulullah dalam madrasah tarbawiyah, ikatan madrasah rasulullah, saya teringat akan kisah Sa'ad bin Rabi' ** yang mungkin jarang kita dengar namanya, beliau adalah sahabat dari anshar yang disaudarakan dengan Abdurrahman bin 'Auf, seorang sahabat yang sangat kaya raya dari kaum muhajirin namun ketika berhijrah tidak membawa bekal apapun kecuali yang dibadannya. lihatlah bagaimana Saad bin Rabi' memberikan apa yang sangat ia cintai, lihatlah bagaimana Saad bin Rabi' mencintai saudaranya, ikatan antara dua sahabat dijalan allah Swt. Demi kecintaan Saad Bin Rabi' kepada saudaranya dan golongan Muhajirin, beliau telah mengatakan kepada Abdul Rahman demikian antara lainnya, "Saudara, ketahuilah bahwa saya adalah seorang Ansar yang banyak harta, dan kiranya saudara sudi, ambillah separuh dari kekayaan saya itu. Saya juga mempunyai dua orang isteri dan kiranya Saudara sudi mana satu antaranya, saya bersedia menceraikannya supaya saudara boleh mengawininya. Mendengarkan kata-kata sahabatnya itu Abdul Rahman Bin Auf seraya menjawab, "Saudaraku, semoga Allah akan memberikan berkat terhadap keluarga dan hartabenda saudara. Janganlah disusahkan tentang din saya ini, yang penting bagi saya ialah kiranya saudara sudi menunjukkan saya jalan menuju ke pasar.

Mereka-mereka inilah yang telah tampak di dunia akan bau surga, contoh seperti mereka lah yang dapat kembali bersama dihari akhir nanti sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah ta’ala,

“الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ”.

Artinya: “Teman-teman karib pada hari itu (hari kiamat) saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa”. QS. Az-Zukhruf: 67.

   Inilah salah satu contoh dari ikatan di jalan Allah, ikatan karena mahabbah kepadaNya, tidak ada rasa yang melebihi ikatan ini, andaikan saja ikatan ini dapat kita jalani dalam kehidupan kita, niscaya kedamaian ada dalam sanubari setiap manusia. ikatan inilah yang menurut saya harus kita miliki, apalagi ketika kita menjadi ayah bagi anak-anak kita, menjadi suami bagi istri kita, menjadi ibu bagi anaknya menjadi istri ntuk suaminya, karena ikatan mahabbah ini akan melipatgandakan ikatan wijadni lainnya.

Inilah ikatan yang tak berwujud itu, lebih kuat dari ikatan yang ada dan berwujud, ikatan wijdani yang lahir karena mahabbah kepadaNYa,

لاَ يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لاَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ . رواه البخارى ومسلم

Tidak beriman salah seorang dari kamu sekalian, sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya. (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini adalah puncak dari ikatan wijdani yang teragung, semoga kita semkin mampu untuk mencintai saudara kita seperti kita mencintai diri kita, dan semoga kita semakin istiqamah dalam membangun ikatan demi ikatan hingga semkin kuat dalam mahabbahNya. Amin

**Zaid bin Tsabit r.a. menceritakan bahwa pada perang Uhud, Rasulullah Saw menyuruhnya mencari Sa'ad bin Rabi'. Rasulullah Saw berkata, "Kalau kamu bertemu dengannya, sampaikan salamku untuknya dan tanyakan kabarnya."

Zaid menemukan Sa'ad bin Rabi' sedang sekarat karena terkena 70 luka tusukan tombak, sabetan pedang, dan lemparan anak panah. Kemudian Sa`ad berkata, "Katakan kepada Rasulullah bahwa aku benar-benar telah mencium wangi surga. Katakan juga kepada kaumku Anshar agar mereka jangan khawatir jika telah mengikhlaskan diri kepada Rasulullah Saw. dan sesungguhnya mereka telah berada di ujung perjalanan." Akhirnya Sa'ad bin Rabi' menghembuskan nafas terakhirnya. (HR Al-Hakim dan Al-Baihaqi)

Wallahu a'lam

***Tulisan kecil apa yang dirasakan saat ini.
    Ba'da Shubuh, Masakin Saqr Quraiys


1 komentar:

  1. Semoga dengan menambah tali persaudara tidak menambah pula permusuhan yang terjalin... semoga ikatan itu selalu diberkahi Allah... dan semuanya kita niatkan karena Allah... ^_^

    لاَ يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لاَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ . رواه البخارى ومسلم

    Tidak beriman salah seorang dari kamu sekalian, sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya. (HR. Bukhari dan Muslim)

    Nice Hadits for Laksanakan ^_^

    BalasHapus