Sabtu, 10 Desember 2011

My love Oemar Diyan


Aku mencintaimu, begitu juga kita dan mereka

Banyak tulisan yang maksudnya tidak baik namun dikemas dengan kemampuan menulis yang baik, menjadikan pembaca tertegun dan merasakan makna tulisan itu begitu baik dan sebaliknya, maksud yang baik jika dikemas dengan kemasan yang tidak baik terkadang pembaca akan menafsirkan dengan hal tidak baik.

Saya bukanlah penulis yang baik, karena tulisan saya tak pernah dimuat dimanapun, tapi saya ingin mengatakan yang baik dan semoga tulisan saya ini tidak diartikan degan tafsiran yang tidak baik.

Sahabat…
Tulisan sederhana ini hanyalah buah pikiran yang saya yakini, pikiran ini juga terwujud dalam benak sahabat semua. Satu pikiran yang terlahir dari tanggapan teman-teman terhadap lingkungan dimana saya pernah belajar- mengajar, DAYAH OEMAR DIYAN.

Tahun 1997 saya memulai pendidikan di dayah tersebut, ketika itu Oemar Diyan baru berhasil mencetak 2 generasi alumni dan artinya saya adalah generasi ke delapan Dayah Oemar Diyan. Benar-benar usia yang sangat belia untuk sebuah pusat pendidikan yang berbasis asrama atau pondok. Dapat dimaklumi, tidak semua alumni merasakan bagaimana pendidikan yang ditempuh selama 6 tahun, ada yang 3 tahun, 2 tahun bahkan sebulan, namun bagi saya semuanya adalah sama. Mereka pernah makan salatoh kak yan, merasakan kareng 5 dem, keumamah, krueng lamkareng, pohon sentul, ust yamin, ust jawaher dan semuanya, tidak ada yang beda. Perbedaan yang ada adalah ketika mereka menikmati dan mengambil hikmah dari setiap kejadian yang dinikmati.

Melihat pendidikan yang diterapkan, tidak mudah bagi senior untuk melaksanakan tugas dan amanah dari dayah, mereka kadang harus mngurus anak yang manja, anak yang sangat batat, anak yang kadang tidak tahu A tapi hanya mengerti C. Alakullihal,  terlalu indah jika untuk dikenang, namun pahit dan manisnya yang semua kita rasakan adalah pelajaran yang sangat bernilai, mugkin tak akan pernah dirasakan oleh mereka yang tak pernah kenal oemar diyan..

Sahabat...
Saat saya menulis ini, saya sudah memliki 7 adik kelas yang menjadi alumni artinya sudah ada 15 generasi Oemar Diyan..umur yang sangat mapan ntuk seseorang beralih darimasa belia ke masa remaja,umur yang smkin memantapkan jalan hidupnya...

namun apa yang terjadi, mgkin semua kita tidak memungkiri jika Oemar Diyan saat ini telah sedikit menurun dari segi prestasi, infrastruktur  bangunan, fasilitas yang ada dan juga lainnya..tidak tepat ntuk mnguraikan ini semua karena saya bukan seorang yang berkecimpung didalamnya, dan bukan mengkritik akan tetapi lebih kepada asumsi pribadi yang saya simpulkan selama ini. Menurut saya itu tidak bukan masalah besar, karena banyak sekolah yang infrastruktur dan prasarana yang tidak memadai dapat menghasilkan orang-orang hebat. Semua itu kera[ menjadi obrolan yang kita dengar. Yang menjadi masalah dan ingin saya sampaikan adalah peran kita sebagai alumni, peran kita sebagai santri yang pernah di oemar diyan, apa yang kita berikan dan apa yang telah kita sumbangkan untuk sebuah rahim yang telah melahirkan kita sebagai santri. Sehari, sebulan  setahun tiga tahun dan enam tahun semua dari kita pernah mandi di sugai, maen bola di lapagan ikut pramuka dan lainnya, dan itu semua sama tidak ada yang berbeda.

Namun apakah kita pernah bertanya pada diri kita ! Pertanyaan nya mgkin tidak begitu sulit seperti sulitnya maddah ulumul quran atau membuat teks muhadharah berbahasa arab, atau akting pura-pura sakit karena lari dari tugas.

Simple APAKAH KITA MENCINTAI OEMAR DIYAN? iya...jawaban itu hanya pribadi  kita masing-masing yang mampu menjawab, lalu; apa yang telah kita berikan ke oemar diyan?

Sahabat…
Tidak smua kita sama, itu jelas dan semua mengerti jawabannya, namun kita dapat memberikan jawaban yang menyatukan kita, jawaban yang dapat dijawab oleh smua santri Oemar Diyan...IYA, AKU MENCINTAI OEMAR DIYAN.

Tapi.........
sungguh menyedihkan, saya melihat ratusan alumni dari kita tidak berani mengatakan saya mencintai Oemar Diyan, apalagi ingin menyumbangkan pikiran atau tenaga untuk dayah Oemar Diyan, bukankah kita mengenal zahaba= pergi, hammam= kamar mandi, maujud shabun qalil la? itu dari Oemar Diyan?!. Bukankah kita belajar mandiri, belajar agama di dayah Oemar Diyan? jadi apa yang telah kita berikan ke Oemar Diyan..jika mengatakan SAYA MENCINTAI OEMAR DIYAN saja tidak berani, dimana kehormatan kita untuk mencintai rahim yang telah mendidik kita?, dimana ihtiram kita ntuk rahim yang telah menjaga kita? Yang telah menggantikan orangtua kandung kita! Jika mengatakan itu saja tidak berani, bukan kah kita pcundang...???
Ingatkah kita, hymne oh dayahku...ibuku.....kata terakhir yang harus kita ingat, bukan kah kita harus mencintai ibu kita???

Sahabat...
Mungkin tidak semua kita menjadi ustad/zah yang langsung mengajar dan memberikan kontribusi berarti untuk Oemar Diyan, tapi bukankah kita mngatakan aku cinta oemar diyan adalah hal terkcil yang telah kita sumbangkan??? saya yakin jawaban hati kecil kita adalah iya.

Sahabat,
OemarDiyan adalah ibu kita, setelah ibu kandung, tidak layak jika kita merasakan dibutuhkan oleh seorang ibu, kita adalah anak yang lahir dari rahim mereka,  seharusnya kita yang menjemput ibu, jika ibu kita marah atau ibu kita tersakiti. Ada sebuah isu yang saya mendengar sendiri ( maaf ) jika MUNGKIN ini tak selamanya benar, saya pernah mendegar jika oemar diyan telah membuat sekat degan para alumni, sehingga para alumni segan datang atau hanya berkunjung ke dayah, dikarenakan dayah melarang atau bahkan lebih kasarnya tidak suka degan kedatangan alumni, tunggu..!  sahabat..tolong jangan kita menganggap jika dayah kita tidak akan menerima kita, itu salah.Tapi lihatlah apa penyebabnya, kenapa isu itu dapat tersebar?
saya yakin tdak akan ada dayah yang melarang alumninya ntuk silaturhim, namun jika silaturahim tersebut dengan sebuah keburukan, maka dayah benar dan itu salah kita. isu ini sudah terjadi bebrapa tahun silam
Namun saya melihat semkin hari rasa cinta Oemar Diyan semkin terkikis dari rasa cinta yang kita miliki, OemarDiyan selalu dan tidak akan pernah meminta kita untuk mencintainya namun hati kitalah yang memintanya untuk dicintai, karena kita lahir dari rahimnya..

Sahabat..
Banyak diantara kita yang takut jika diketahui dia adalah santri Oemar Diyan, atau bahkan banyak yang tak peduli lagi tentang Oemar Diyan, namun itu kembali kepada masing-masing, semkin kita merasakan hasil yang kita capai maka boleh dikatakan kita akan smkin cinta Oemar Diyan...semoga..

Oemar Diyan..
kami ini anak mu yang insya Allah tak pernah lupa akan apa yang pernah kami rasakan ketika kami dalam bimbinganmu, namun kami berharap dengan rasa hormat kami kepada dayah tercinta, agar dayah tidak menjadi labi-labi yang tidak kurang dan tidak lebih kerjanya mengangkut penumpang dari indrapuri hingga banda aceh, kemudian kembali lagi dan balik lagi sampai bertahun-tahun, hingga labi-labi tersebut tak pernah diservis atau bahkan lebih dari itu. Kami berharap dalam umur yang sudah lbih dari 20 tahun ini tidak lagi menjadi labi-labi tapi lebih dari itu dan semoga saja..aminn...

Kami juga berharap kepada Oemar Diyan agar selalu membimbing kami dan selalu memberikan kami kenyamanan tentu degan aturan yang telah dayah tetapkan.

Sahabat....
Mungkin tulisan ini amburadul, karena terlalu panjang jika harus di uraikan satu persatu, kembali lagi saya tegaskan saya adalah bukan penulis baik hingga tulisan saya mgkin tidak baik, namun saya ingin maksud dan makna yang baik, kita smua alumni berani mengatakan AKU MENCINTAI OEMAR DIYAN, itu saja..dan semoga Oemar Diyan semkin jaya dalam berbenah tentu dalam mencetak generasi selanjutnya yang lebih mapan untuk menghadapi masa depan dan juga menjadi ibu yang selalu menjadikan anaknya berbakti dan cinta kepadanya..

Sahabat, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada antum smua..
mengatakan cinta Oemar Diyan adalah bagian sumbangan terkecil kita ntuk Oemar Diyan, karena Oemar Diyan akan besar degan alumni yang mencintainya, layaknya dayah dan pesantren yang sudah memiliki nama, mereka besar karena alumni bukan karena orang lain. sebut saja Gontor, Darun najah,Daarut tauhid,Tanoh abee, Mudi Mesra Samalanga dan semua lembaga lainnya..insya Allah.
Dan semoga saja semua hati kita mengatakan ; Aku mencintai Oemar Diyan…

** Dalam tulisan ini saya menganggap alumni adalah mereka yang pernah nyantri di Oemar Diyan. Tulisan ini hanya pikiran yang terlintas namun sulit mengungkapkannya..
Dan saya adalah alumni Oemar Diyan karena saya mencintai Oemar Diyan.

Aku mencintai Oemar Diyan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar