Sabtu, 17 Desember 2011

Menjemput Senja

  Peralihan waktu dari malam, menjadi pagi, pagi beranjak siang dan siang pun akan menjumpai senja sebelum kembali kepada awalnya adalah ibarat perjalanan hidup manusia.
Aku lebih suka memulainya dengan malam karena dalam agamaku banyak kejadian besar itu terjadi di malam hari, sebut saja Isra’ Mi’raj, Hijrah nabi Saw, Lailatul Qadar dan kejadian-kejadian lainnya, sesungguhnya malam lah awal dari sebuah perjalanan menurutku.
Ini ibarat sebuah siklus kehidupan yang kita jalani, dari hanya air mani menjadi janin kemudian seiring waktu kita menjadi bayi yang lahir sempurna ke dunia dengan perbedaan alam dan setelah itu kita menjalani masa pertumbuhan usia balita, anak-anak kemudian masa remaja beranjak menuju dewasa dan akhirnya masa tua, masa tua adalah masa kita kembali kepada anak-anak, pola tingkah kita menjadi tingkah anak kecil bahkan jika sudah semakin tua tak heran kita kembali kemasa balita, tidak bisa mandiri tentu membutuhkan bantuan orang lain, tidak bisa mandi sendiri karena sendi sudah tak kuat lagi, dan banyak hal lainnya yang tak mampu kita lakukan karena kita telah renta, kembali kepada awalnya yangmana kita membutuhkan orang lain.
     Tapi, kali ini aku tak ingin bercerita tentang malam itu kemudian pagi dan siang, aku ingin mengejar senja saat ini, karena aku akan branjak kesana, panas teriknya matahari ibarat hidup yang telah kujalani, perjalanan dari satu terminal ke terminal lainnya bukan hal mudah bagiku, ada sisi gelap dimana aku harus meminta lentera dari keluarga dan teman-temanku, ada sisi hujan yang mana aku harus mencari tempat berteduh karena ku tak mampu membeli payung, namun ada sisi dimana aku dapat berbagi sesama, satu episode kehidupan dan episode yang lainnya telah kujalani, hingga kini dan sebentar lagi aku akan bertemu dengan senja.
    Panasnya terik matahari itu adalah syarat utama untuk bertemu dengan senja, pahit getirnya kehidupan yang telah kujalani, menjadikanku tumbuh dalam episode yang hampir tak berarah, tidak mungkin kita akan menemui senja jika kita tak mau menerima panasnya matahari disianghari, atau derasnya hujan mengikuti aturan tuhan dan sunnah alam, tidak ada di dunia ini manusia yang datang dengan sebuah kesuksesan atau sebuah kegagalan tanpa melalui proses yang ada, dan tahapan proses tersebut kembali tak ubah seperti masa yang kita jalani sehari semalam. Episodeku ini adalah episode yang menentukan bagaimana aku harus menghadapi malam hari nanti, episodeku kali ini adalah suatu yang harus benar-benar kujalani demi sebuah senja yang indah dipandang, aku ingin mendapatkan senja dengan omega merah di ufuk barat langit biru, membentuk sebuah pemandangan yang menakjubkan mata dan itu harus kulalui dengan teriknya matahari, mustahil aku akan mendapatkan senja yang indah jika harus memilih mendung untuk menemaniku dalam episode ini.
    Ya…akhirnya aku tiba pada masa itu, masa yang telah kutunggu dari malam menjelang pagi hingga siang dan saat ini aku hampir tiba masa untuk menjemput senja, aku tak sabar menjemput senja yang begitu menawan, walau diriku belum terlalu siap, namun aku akan bertemu dengannya, aku harus menjemput senja, jika aku telat sedikit saja maka selamanya aku tak akan pernah menemukan senja itu, iya pergi, berlalu begitu saja tanpa bisa kembali lagi, sperti umur yang semakin bertambah dan tak dapat kita kembalikan, aku benar-benar ingin segera menjemput senja, karena semua proses telah kujalani, walau tak sempurna seperti yang kuharapkan namun aku menjalaninya sesuai proses yang ada, tak lama lagi pertemuan yang kunanti akan berakhir dengan sebuah senja yang indah, iya… aku akan menjemput senja dan senja itu kunamakan Taqiyya.
Ufuk barat yang memerah dengan pesona matahari yang akan beranjak meninggalkan peredarannya, matahari yang selalu melaksanakan titah tuhannya, matahari yang telah menyinari alam ini turut membantuku dalam meraih senja itu, tanpa matahari mungkin aku tak akan pernah dapat menjemputnya…
Selamat datang senja, semoga rona merah dan warna jingga di permadani langit biru menemani salah satu perjalanan hidupku. Amin

 


Menjemput senja dan senja itu kunamakan Taqiyya

01.22
Dini hari, kampung 10
Untuk mu Ghaitsa Taqiyya

1 komentar:

  1. Amiiin Yaa Allah...

    Semoga Allah memberikan rona merah dan warna jingga di permadani langit biru menemani salah satu perjalanan Indah hidupmu wahai langit Biru... ^_^

    Menjemput senja dan senja itu kunamakan Taqiyya.. Untuk mu Ghaitsa Taqiyya... ehem ehem ehem.. mksdnya ini opo yoo mas biru langit ??? hihi

    Nice Post.. Goahead.. maju mundur pantang yaa ^_^

    BalasHapus